Batik Cirebon -
Rasanya tak sulit menemukan showroom maupun perajin batik di Kelurahan
Wijirejo, Pandak. Di sepanjang Jalan Wijirejo, banyak ditemukan galeri
batik. Di sisi kanan dan kiri jalan raya yang menjadi pembatas Pedusunan
Pijenan dan Pedusunan Ngeblak ini, berdiri puluhan showroom batik.
Showroom-showroom
ini hampir setiap hari buka menjajakan ratusan produk batik. Tapi,
jangan kaget ketika mendapati produk kain batik di showroom tersebut
identik dengan motif-motif tertentu yang lagi in. “Namanya batik
kontemporer,” ujar Topo Harto Prayitno, seorang perajin batik senior di
Kelurahan Wijirejo saat ditemui Radar Jogja.
Batik Cirebon - Ya,
para perajin batik di kelurahan ini memang cukup terbuka dengan
perkembangan mode. Hampir seluruh perajin selalu me-mantau perkembangan
tren mode, baik lokal maupun internasional. Saat musim bola misalnya,
para perajin memproduksi batik dengan motif klub sepakbola.
Kemudian,
saat musim kam-panye lalu, para perajin juga menciptakan motif batik
khas partai politik. Tak jarang mereka juga mema-dukan motif kontemporer
dengan goresan-goresan khas batik Jawa. “Juga mengombinasikan motif
batik pesisir (Rembang, Tuban, dan Madura) dengan motif asli Jogja,”
urainya. Berbagai kreasi dan inovasi motif batik itu hanya untuk satu
tujuan, memenuhi kebutuhan pasar.
Meski
begitu, pria yang akrab disapa Topo HP ini menegaskan, para perajin
tetap memproduksi batik asli Jogja. Di antaranya Parangrusak, Cakarayam,
Blarak-sempal, Teruntum, Gerompol, Sidomukti, Sidoasih, dan
Alas-alasan.“Motif asli yang turun-temurun dari nenek moyang kami, ya
batik Jogja atau batik Jawa,” paparnya.
Batik
Cirebon - Ada pembeda yang mencolok antara batik kontemporer dan batik
Jawa, yakni nilai filosofi goresan. Di balik setiap goresan batik
kontemporer tak ada nilai filosofinya. Goresan-goresan pada batik
kontemporer hanya berdasarkan tren dan kepan-tasan. Adapun batik Jawa
penuh dengan muatan filosofi. “ Contoh motif Parangrusak. Motif ini
dibuat setelah HB VIII bertapa di Parangkusumo,” ungkap-nya.Bapak tiga
anak ini bercerita, dulu hanya ada dua showroom batik di sepanjang Jalan
Wijirejo. Kehidupan para perajin pun ibarat hidup segan mati pun
enggan.
Kondisi
ini kemudian berubah drastis setelah Ma laysia mengklaim batik sebagai
salah satu tradisi mereka.Respons positif pemerintah Indonesia atas
klaim sepihak Negeri Jiran tersebut berdampak pada tingginya perhatian
terhadap para perajin batik.Berbagai pelatihan hingga kemudahan
diberikan kepada para perajin.
Alhasil,
jumlah perajin dan pemilik showroom batik di Kelurahan Wijirejo pun
meningkat drastis. Ada 20 perajin batik di Kelurahan Wijirejo saat
ini.“Terus terang kami sangat ber-terimakasih kepada Malaysia, karena
mereka kami seperti ini sekarang,” bebernya.
Maklumlah,
menggeliatnya usaha kerajinan batik berdampak pada meningkatnya taraf
per-ekonomian para perajin. “Ya, pokoknya setiap perajin sekarang pasti
punya mobillah,” tuturnya bangga. (batik Cirebon)
0 comments:
Posting Komentar