Batik Cirebon
- Katura, seorang seniman batik asal Cirebon, Jawa Barat, menyampaikan
pesan bagi pasangan presiden dan wakil presiden Jokowi-JK melalui
guratan batik. Di atas selembar kain, Katura mengingatkan Jokowi-JK
untuk memenuhi janji-janji mereka.
Dia membutuhkan waktu tiga hari untuk mendesain batik gunungan yang mengandung gambaran utuh tentang Jokowi-JK.
“Dalam
pewayangan, gunungan merupakan pertanda dimulainya pentas,” ungkap
Katura di galerinya, Jalan Buyut Trusmi, Desa Trusmi, Kecamatan Plered,
Kabupaten Cirebon, Senin (20/10/2014).
Batik Cirebon - Batik seluas 2,1x1,1 meter persegi buatannya itu merepresentasikan awal pentas Jokowi-JK di kancah politik Indonesia.
Gunungan
juga melukiskan alam semesta Indonesia dengan kekayaan flora dan
faunanya. Sosok Ganesha yang sakral dalam pewayangan juga dilukiskan di
bagian tengah gunungan.
Dari
empat gambar tangan, dua di antaranya tampak tengah memikul. Gambar itu
menunjukkan Ganesha tengah menyangga bumi. Menurut Katura, gambaran itu
merepresentasikan bagaimana pemimpin sebagai penyangga negara harus
kuat sehingga tak goyah saat diterpa gempa atau guncangan.
Di
atas sekitar gunungan, Katura menambahkan motif dahan dengan dedaunan.
Hal yang unik, pada dahan tersebut terdapat tikus-tikus dengan lembaran
uang pada moncongnya. Bagian itu menyiratkan gambaran problematika
bangsa berupa korupsi.
Di
bagian bawah kain, tepat di bawah tulisan Jokowi-JK, tergurat tulisan
lain yang diartikan Katura secara khusus. Dari filosofi Jawa, dia
memecah setiap kata Jokowi-JK menjadi pesan singkat sarat makna, yakni
ojo koyo wingi-wingi (jangan seperti sebelumnya) sebagai kepanjangan
Jokowi, serta “Jujur Kerja” keras sebagai kepanjangan JK.
Pria
yang juga pernah membuat batik bermakna saat pelantikan Susilo Bambang
Yudhoyono lima tahun lalu itu berpesan agar Jokowi-JK tak melupakan
janji. Apalagi, selama ini ekspektasi rakyat atas kinerja mereka
terbilang tinggi. Terkadang, lanjut dia, realisasi tak sesuai
ekspektasi. Karena itu, Jokowi diharapkan belajar dari kekurangan
pemerintahan-pemerintahan sebelumnya.
Secara keseluruhan, batik gunungan penuh makna itu berlatar warna abu-abu. Latar warna ini pun tak lepas dari makna.
“Indonesia hingga kini masih samar-samar. Pemimpin baru ini mau membawa ke mana, itu masih ditunggu,” cetusnya.
Katura
menegaskan, batik tersebut dibuat tidak bermuatan tendensi apa pun. Dia
juga meyakinkan belum pernah bertemu langsung dengan Jokowi.
“Kalau ada yang mau beli dengan harga berapa pun saya kasih,” tandas pebatik yang hasil karyanya sudah diekspor ke Jepang itu. (batik cirebon)
0 comments:
Posting Komentar