Batik Cirebon -
Keindahan Indonesia, tidak pernah habis untuk di bicarakan. Negara yang
terletak di Asia Tenggara ini memiliki banyak ras, suku budaya serta
agama.
Indonesia
negara yang turun-temurun mempertahankan kerajinan tangannya patut di
perhitungkan di ajang kerajinan tangan dunia. Kain batik dan kain tenun
contohnya yang sudah begitu melegenda.
Namun sangat disayangkan, di tengah daya saing antara batik-batik populer seperti Batik Solo, Batik Pekalongan dan Batik Cirebon, salah
satu kain batik di daerah Indonesia mulai langka, yaitu batik kudus.
Padahal Batik Kudus merupakan cikal-bakal dari batik pesisir. Seiring
perkembangan zaman dan teknologi, awalnya membantik dengan peralatan
sederhana, lambat laun beralih ke industri.
Menurut
Pembina Galeri Batik Kudus Miranti Serad Ginanjar, perlunya inovasi
agar Batik Kudus diminati pasar perdagangan. Ia pun menyiasatinya dengan
mengangkat batik cap.
"Karena
Batik Kudus ini termasuk langkah kita berkonsentrasi ke batik-batik
repro. Kita juga mengangkat batik cap, yaitu mengangkat kearifan lokal
Kota Kudus. Seperti motif menara Kudus, kaligrafi, dan kretek, kapal
kandas, dan Gunung Muria," ungkap Miranti.
Selain
batik yang diakui sebagai warisan budaya oleh UNESCO, Indonesia juga
memiliki kain tenun yang sangat indah, seperti kain tenun Bali dan
Sulawesi Selatan.
Batik Cirebon
- Di Bali, kain tenunnya sendiri bermula dari kain tradisi, yaitu kain
Bebali. Di awal sejarah perkembangan batik di Nusantara, Bali dikenal
salah satunya adalah kain Gringsing. Motif-motifnya diambil dari
keindahan alamnya, seperti flora dan fauna.
"Awal
mulanya sejak tahun 1991 bermula dari penciptaan ide air brush kalau di
Bali biasa dikenal dengan kain ikat, dan air brush tersebut adalah
teknik baru," ungkap Ida Bagus Adyana, selaku pemilik Rumah Tenun Ikat
Putri Ayu.
Sedangkan
di Sulawesi Selatan, kain tenunnya terkenal dengan nama Sutra Sekang.
Sesuai namanya, bahannya sendiri terbuat dari 100 persen sutra.
Ketua
Koperasi Tenun, Adi Kurnia, mengatakan, umumnya satu orang wanita mampu
memproduksi kain tenun dengan panjang dua meter dalam sehari.
"Dari
proses penjemuran sutra mulai dari yang normal hingga menjadi berwarna
membutuhkan waktu satu jam, melalui pewarnaan alami dan kearifan
lokalnya inilah kami tidak khawatir akan hadirnya saingan karena
konsumen sudah sangat familiar dengan produk-produk serta bahan seperti
ini," ujarnya.
Ingin lebih tahu keindahan batik dan tenun tersebut. Jangan lewatkan tayangan Idenesia di Metro TV pada Kamis 8 Januari 2015, pukul 22.30 WIB. ( Batik Cirebon )
0 comments:
Posting Komentar