Sabtu, 27 September 2014

Batik Cirebon - Kisah Klasik di Balik Pemisahan Dua Jenis Batik

Batik Cirebon - Salah satu harta warisan tanah air yang terus naik daun dan mengalami kejayaan adalah kain batik. Ya, kain batik tumbuh dan berkembang pada seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda juga termasuk orang yang gemar untuk menggunakan kain batik sebagai bahan busana favorit?
Berbicara tentang kain batik, kita akan kembali mengenang kisah klasik zaman-zaman kerajaan yang kala itu begitu hebat dalam memerintah wilayahnya. Kain batik memang sangat akrab dalam lingkungan kerajaan karena benda inilah yang menjadi ciri khas kebangsawanan para raja dan anggota kerajaan. Jadi, memang tidak sembarang orang bisa mengenakan kain batik dengan leluasa, sangat berbeda dengan zaman sekarang.
Batik Cirebon - Tahukah Anda media apa yang digunakan untuk membatik? Sekitar Abad ke 17, para pengrajin batik memanfaatkan daun lontar sebagai media tulis dan lukisnya. Saat itu, motif kain batik tradisional masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman saja. Kemudian, warisan budaya ini tumbuh berkembang dengan melahirkan corak baru yang unik seperti motif awan, relief candi, wayang beber, dan masih banyak motif menarik kain batik lainnya.
Lalu bagaimana kisah kain batik tradisional bisa menjelma seperti kain yang sekarang? Penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaianlah yang kemudian melahirkan seni batik tulis seperti yang kita kenal di zaman sekarang. Nah, bagaimana dengan gaya batik? Bagi Anda yang pernah berjalan-jalan ke pasar batik, mungkin akan sedikit kebingungan ketika ditanya cari batik Solo dan Yogya atau cari batik Pekalongan?
Batik Cirebon - Mengapa warisan budaya ini dibagi menjadi dua ya? Ternyata pertanyaan ini akan membawa kita pada sebuah sejarah klasik yang mana saat itu sedang terjadi perang besar di kerajaan Mataram, tepatnya pada tahun 1825 hingga 1830. Perang besar ini juga dikenal dengan sebutan perang Diponegoro.
Terjadinya peperangan besar ini kemudian mendesak keluarga keraton dan para pengikutnya yang sebelumnya terbiasa membuat batik kerajaan untuk meninggalkan daerah peperangan kerajaan. Mereka kemudian tersebar dalam wilayah Timur dan Barat. Meski tak lagi berada dalam kawasan kerajaan, pengrajin kain batik kerajaan ini tetap melakukan aktivitas membatik yang kemudian diikuti oleh rakyat lainnya.
Tak heran jika kemudian kain batik Yogya, Solo, Gresik, Surabaya, dan Madura yang tergabung dalam wilayah timur ini memiliki motif dan tampilan berbeda dengan batik yang ada di wilayah barat seperti banyumas, Kebumen, Tegal, Batik Cirebon, dan Pekalongan. Umumnya, kain batik yang ada di Pekalongan memiliki motif yang lebih bervariasi karena warga banyak terilhami dari motif pakaian negeri India, Arab, serta Jepang.

0 comments:

Posting Komentar