Kamis, 04 Desember 2014

Batik Cirebon - Muallaf 'Cinderella', Juragan Barbie Batik Penjara


Batik Cirebon - Sukses menjadi juragan arang tempurung kepala tak lantas membuat Lusia Efriani Kiroyan tinggi hati. Wanita yang dijuluki 'Cinderella from Indonesia' justru menjadi sahabat buat kaum marjinal.
Lulusan International Visitor Leadership Program (IVLP), California, AS dikenal memiliki jiwa sosial tinggi. Itu menurun dari sang ibunda. "Ini turun temurun dari nenek dan mamaku. Masa kecilku di Surabaya terbiasa dengan kegiatan sosial," ujar Lusi saat berbincangan dengan Dream.co.id di sela memberikan pembinaan kepada tahanan wanita di Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Ia masih ingat betul ketika sang bunda gemar membantu gelandangan di jalan, untuk dibawa ke rumahnya yang sempit. Gelandangan itu dimandikan, kemudian diberi makan, hingga beberapa hari lamanya.
Batik Cirebon - Lusia mengaku sempat memprotes. Namun setelah diberikan pengertian oleh ibunya, dia mulai memahami jika itu bentuk kepedulian kepada sesama.
Kenangan itulah yang membuat Lusi mendedikasikan hidupnya untuk kegiatan sosial. Lusi memiliki rumah belajar yang diberi nama Cinderella from Indonesia Center di kawasan Duta Mas, Batam Centre.
Nama rumah singgah itu diambilnya dari judul buku yang ia tulis sepulang belajar dari Amerika Serikat. Rumah belajar ini sasarannya melatih dan menumbuhkan kewirausahaan sejak dini untuk anak-anak panti asuhan, para single parent yang tidak mampu, anak jalanan dan para penyandang cacat tubuh.
Awalnya Lusia mengkhususnya untuk single parent, namun kini ia merangkul hampir semua golongan. "Tujuannya, biar ibu-ibunya saja yang bekerja. Anaknya jangan sampai turun ke jalan mencari makan," kata wanita yang terlibat di World Muslimah Award 2014 sebagai sponsor boneka versi hijab.
Ibu-ibu itu diberi pelatihan seperti membuat roti, cupcake, cokelat batik, es, dan boneka. Sementara, anak jalanannya diberi pelatihan seperti bahasa Inggris dan sebagainya.
Selain sibuk di lembaganya tersebut, Lusia juga memberdayakan para narapidana wanita di tiga rumah tahanan Batam dan Jakarta.
Batik Cirebon - Awalnya, Lusia suka menjenguk narapidana perempuan di Lapas dan Rutan Batam sambil memotivasi mereka, sejak 2012. Lama-lama, Lusi ingin mengajak mereka berbuat agar mandiri. Maka, dia mengajak para napi itu membuat baju batik untuk boneka ala barbie (Batik Girl).
Lusia turun sendiri mengajari para napi membuat bonela batik girl. Dream.co.id berkesempatan melihat Lusi menghabiskan waktunya bersama narapidana di Rumah Tahanan Pondok Bambu, Jakarta, Rabu 4 Desember 2014.
Batik Cirebon - Mengenakan atasan putih polos serta celana bahan bewarna abu-abu, Lusia menemui sekitar 40 narapidana wanita yang sudah sibuk di ruangan khusus untuk mengerjakan batik girl.
"Ada sekitar 40 di program batik girl ini, targetnya selama tiga bulan mereka menghasilkan sekitar 300 boneka barbie yang menggunakan baju batik dan tak lupa membawa angklung," kata Lusi yang menjadi mualaf pada 2003 silam.
Keramahan wanita ini disambut baik para narapidana yang serius dengan jahitan mereka, Lusi juga tak sungkan menjadi tempat curhat mereka.
Batik Cirebon - Bermodalkan kain perca, jarum jahit, benang dan lem perekat, para narapidana begitu piawai mengubah barbie menjadi cantik dengan busana batik hasil kreasinya. "Saya merekrut pelatih untuk melatih para napi selama 3 hari sebelum membuat baju boneka," imbuhnya.
Lusi mengatakan setiap baju satu boneka yang dibuat narapidana akan dihargai sekitar Rp 10.000. Untuk bonekanya sendiri, Lusi masih mengimpor dari China.
Kemudian dipakaikan baju batik, dikemas dan dijual dengan merek "Batik Girl" seharga Rp 100 ribu di Indonesia, serta Rp 150 ribu di Malaysia dan Singapura.
Bisnis ini dimulai sekitar 2013. Berawal saat Lusi mendapatkan dana hibah US$ 19.483 dari Kementerian Luar Negeri AS atas proposalnya memproduksi boneka seperti Barbie, namun berbaju batik untuk memberdayakan napi perempuan. ( batik Cirebon )

0 comments:

Posting Komentar