Sabtu, 27 Desember 2014

Batik Cirebon - Dominasi Batik Printing dibanding Batik Tulis

Batik Cirebon - Saat membahas perkembangan batik di Jawa Tengah, khususnya kota Semarang, Eko haryanto langsung terdiam beberapa saat.
Pengusaha Usaha Kecil menengah yang mencintai Batik Semarang itu kemudian mengakui, dia sedang resah atas sikap dan perkembangan batik di Semarang.
Untuk saat ini, sudah terlalu banyak batik printing alias produk tekstil yang ‘hanya bermotif batik’. Secara perlahan, batik printing pasti akan membunuh batik tradisional.
Untuk penerapan tenaga kerja sendiri, usaha batik tradisional dinilai lebih bermanfaat. Selain menjaga keberlangsungan batik tulis, juga setidaknya bisa menyerap tenaga kerja minimal 15 orang. Berbeda dengan batik printing, yang hanya membutuhkan seorang operator printer saja.
Batik CirebonKeadaan Kampung Batik sekarang berbededa dengan kampung batik zaman dahulu. Pada rentang waktu 2006 hingga 2010, Kebanyakan pengusaha kampung batik masih di dominasi oleh batik tradisional, baik itu tulis maupun cap.
Pada 2011, batik printing mulai muncul. Untk orang awan bisa dipastikan sulit membedakan antara batik tradisional dan printing. Padahal batik tradisional mempunya nilai historis yang tinggi dan tentu saja di buat dengan cinta budaya sang pengrajin.
Jangan sampai pengakuan UNESCO di sia-siakan, dengan mendominasinya batik printing bukan tidak mungkin lama kelamaan status tersebut akan di cabut dari Indonesia.
Batik Cirebon - Dalam industri batik, ada beberapa profesi. Mulai dari peracik malam, pencanting, tukang cap, hingga desainer batik. Penilaian per orang di sesuaikan keterampilannya. Dengan demikian, batik tradisional memang lebih banyak menyerap tenaga kerja dan lebih mensejahterakan daerah tersebut.
Yang di ujikan bukanlah teori, namun di nilai dari aspek kemampuan sehari-hari. Tidak begitu di permasalahkan meski pembatik tidak pernah baca tulis.
 Jika semua industri memiliki sertifikasi, maka orang asing pun tidak akan meremehkan Industri batik di Indonesia. Dengan demikian, pemerintah akan lebih di permudah untuk mendata berapa banyak pengrajin yang kompeten di Indonesia, pun dengan pengalamannya minimal 2 tahun. Dengan data yang akurat dan tepat pemerintah bisa memanfaatkan para pengrajin ini ketika di butuhkan nantinya. Dan bukan tidak mungkin para pengrajin ini menjadi master batik di Indonesia dan mempermudah pembuatan kampung batik. ( batik Cirebon )

0 comments:

Posting Komentar