Batik Cirebon
- Munculnya batik printing atau batik pabrikan, memukul industri batik
tradisional dengan cukup telak. Beruntung, tiga faktor ini, yaitu
tindakan UNESCO yang menjadikan batik sebagai warisan dunia bukan benda,
serta kebijakan pemerintah mewajibkan PNS berbatik setiap jumat dan
kebijakan sekolah mewajibkan siswanya berbatik tiap pekan, membuat
industri batik tradisional tetap berkibar.
"Sangat
terasa akibat dari adanya batik industri (batik printing), karena
selain harganya lebih murah, motifnya juga beragam, tak kalah dengan
batik tradisional. Bahkan ada yang motifnya modern dan temporer,
sehingga disukai kalangan generasi muda," jelas pengusaha batik
tradisional Hani Winotosastro saat ditemui wartawan di home industrinya
di Jl Tirtodipuran 54, Yogyakarta, Rabu (17/02/2015).
Menurut
data, kain batik dari bahan mori dengan ukuran panjang 2,5 meter
berharga antara Rp1-2 juta/lembar. Sementara yang terbuat dari sutra
bisa mencapai Rp5 juta lebih/lembar, tergantung motif dan warna yang
dipakai untuk memperindah motif tersebut.
Batik Cirebon
- Batik kombinasi yang merupakan perpaduan antara batik cetak dan
tulis, minimal berharga Rp125 ribu/lembar dengan ukuran 2,5 meter,
tergantung jumlah warna pada motifnya.
Batik
cetak minimal Rp100 ribu/lembar dengan ukuran 2,5 meter, tergantung
motif, warna dan jenis kain yang digunakan. Harga batik industri
(printing) bervariasi, namun kebanyakan dijual dengan harga di bawah
Rp50 ribu/meter.
"Perbedaan harga ini membuat banyak masyarakat yang beralih ke batik industri," jelas Hani lagi.
Batik
Cirebon - Ia mengaku bersyukur karena tindakan UNESCO menjadikan batik
sebagai warisan dunia bukan benda, membuat citra dan gengsi batik
tradisional terangkat, sehingga banyak kalangan yang kembali melirik
batik tulis, cetak atau kombinasi.
"Kebijakan
pemerintah mewajibkan PNS berbatik tiap Jumat, juga kebijakan soal
batik di sekolah, juga membuat kami tetap bisa tetap eksis. Kami bahkan
pernah terima order besar-besaran untuk membuatkan seragam batik anak
sekolah," imbuhnya.
Putri
pendiri GKBI (Gabungan Koperasi Batik Seluruh Indonesia) ini berharap
masyarakat tetap mencintai batik tradisional karena ini warisan nenek
moyang yang bahkan telah diakui di tingkat. ( Batik Cirebon )
0 comments:
Posting Komentar