Kamis, 13 November 2014

Batik Cirebon - Makna Baju Batik Parang Barong Jokowi di APEC


Batik Cirebon - Meski sekarang sudah diproduksi secara massal, batik motif Parang Barong tetap memiliki makna yang tinggi dan nilai yang besar dalam filosofinya. Kemeja batik ini sering dikenakan Presiden Joko Widodo, termasuk saat menghadiri acara Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di Beijing, Cina.
"Dulu, motif Parang Barong khusus untuk para raja dan kerabatnya di Kraton Solo dan Jogja," kata tokoh perajin batik di Kabupaten Pekalongan, Amat Failasuf, pada Selasa, 11 November 2014. Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Pekalongan itu mengatakan, sesuai pakemnya, motif Parang Barong bukan diperuntukkan bagi masyarakat luas.
Namun, seiring perkembangan zaman, telah terjadi dekonstruksi dalam memaknai batik motif Parang Barong. Kini, banyak warga mengenakan batik yang konon merupakan salah satu motif paling tua di Indonesia itu. "Tapi motif itu dimaknai sebagai doa atau harapan agar filosofi kebesarannya menular ke pemakainya," kata Failasuf.
Pemilik Showroom Batik Pesisir di Desa Kemplong, Kecamatan Wiradesa, itu berujar, Jokowi sudah sepantasnya mengenakan busana batik motif Parang Barong. Sebab, jabatan presiden adalah kedudukan tertinggi dalam negara, sejajar dengan raja. "Meski Pak Jokowi bukan keturunan bangsawan dan bertubuh kurus," ujarnya.
Batik Cirebon - Seperti motif batik Parang yang lain, Failasuf menambahkan, Parang Barong tersusun dari motif menyerupai huruf S dan sambung menyambung sebagai gambaran gelombang laut. Bedanya, ukuran motif Parang Barong lebih besar dibandingkan Parang Rusak, Parang Klitik, dan Parang Slobog.
Menurut Failasuf, makna motif Parang pada umumnya adalah semangat yang menggelora. Khusus untuk Parang Barong, semangat itu berkelindan dengan kebijaksanaan dan kehati-hatian dalam bertindak. "Persis dengan kepribadian Pak Jokowi," kata Failasuf.
Untuk membuat satu lembar batik tulis motif Parang Barong, Failasuf bisa menghabiskan waktu hingga tiga bulan. "Karena saya harus menjalani serangkaian proses ritual khusus dan sangat hati-hati. Tujuannya agar si pemakai batik itu benar-benar mendapat kebaikan sesuai dengan makna dan nilai yang terkandung dalam motifnya," ujar Failasuf.
Selama ini, pemesan batik motif Parang Barong dari Failasuf adalah kalangan bupati, wali kota, hingga sejumlah jenderal di Jakarta. Tapi Failasuf enggan membeberkan identitas para pelanggan batiknya maupun harga yang dibanderol untuk tiap satu lembarnya. "Yang pasti harganya jutaan rupiah karena itu bukan seperti batik pada umumnya," katanya.
Pebatik lain dari Kota Pekalongan, Harris Riadi, mengatakan motif Parang Barong diciptakan oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma. "Saya tidak berani berkomentar terlalu jauh tentang motif tersebut. Yang patut berkomentar itu Gubernur DIY, Sultan Hamengku Buwono X," kata pebatik yang tahun ini meraih penghargaan World Craft Council (WCC) Award of Excellence for Handycrafts. Selain Parang Barong, Harris mengatakan, Borobudur juga termasuk sebagai motif batik tertua di Indonesia. "Duta Besar Rusia, Michail Galuzin, terkagum-kagum dengan motif Borobudur yang saya bawakan dalam pertemuan beberapa waktu lalu," ujar pemilik showroom Green Batik itu. (batik Cirebon)

0 comments:

Posting Komentar