Batik Cirebon
- Meski sekarang sudah diproduksi secara massal, batik motif Parang
Barong tetap memiliki makna yang tinggi dan nilai yang besar dalam
filosofinya. Kemeja batik ini sering dikenakan Presiden Joko Widodo,
termasuk saat menghadiri acara Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC)
di Beijing, Cina.
"Dulu,
motif Parang Barong khusus untuk para raja dan kerabatnya di Kraton
Solo dan Jogja," kata tokoh perajin batik di Kabupaten Pekalongan, Amat
Failasuf, pada Selasa, 11 November 2014. Ketua Kamar Dagang dan Industri
(KADIN) Pekalongan itu mengatakan, sesuai pakemnya, motif Parang Barong
bukan diperuntukkan bagi masyarakat luas.
Namun,
seiring perkembangan zaman, telah terjadi dekonstruksi dalam memaknai
batik motif Parang Barong. Kini, banyak warga mengenakan batik yang
konon merupakan salah satu motif paling tua di Indonesia itu. "Tapi
motif itu dimaknai sebagai doa atau harapan agar filosofi kebesarannya
menular ke pemakainya," kata Failasuf.
Pemilik Showroom
Batik Pesisir di Desa Kemplong, Kecamatan Wiradesa, itu berujar, Jokowi
sudah sepantasnya mengenakan busana batik motif Parang Barong. Sebab,
jabatan presiden adalah kedudukan tertinggi dalam negara, sejajar dengan
raja. "Meski Pak Jokowi bukan keturunan bangsawan dan bertubuh kurus,"
ujarnya.
Batik Cirebon - Seperti
motif batik Parang yang lain, Failasuf menambahkan, Parang Barong
tersusun dari motif menyerupai huruf S dan sambung menyambung sebagai
gambaran gelombang laut. Bedanya, ukuran motif Parang Barong lebih besar
dibandingkan Parang Rusak, Parang Klitik, dan Parang Slobog.
Menurut
Failasuf, makna motif Parang pada umumnya adalah semangat yang
menggelora. Khusus untuk Parang Barong, semangat itu berkelindan dengan
kebijaksanaan dan kehati-hatian dalam bertindak. "Persis dengan
kepribadian Pak Jokowi," kata Failasuf.
Untuk membuat satu lembar
batik tulis motif Parang Barong, Failasuf bisa menghabiskan waktu hingga
tiga bulan. "Karena saya harus menjalani serangkaian proses ritual
khusus dan sangat hati-hati. Tujuannya agar si pemakai batik itu
benar-benar mendapat kebaikan sesuai dengan makna dan nilai yang
terkandung dalam motifnya," ujar Failasuf.
Selama
ini, pemesan batik motif Parang Barong dari Failasuf adalah kalangan
bupati, wali kota, hingga sejumlah jenderal di Jakarta. Tapi Failasuf
enggan membeberkan identitas para pelanggan batiknya maupun harga yang
dibanderol untuk tiap satu lembarnya. "Yang pasti harganya jutaan rupiah
karena itu bukan seperti batik pada umumnya," katanya.
Pebatik
lain dari Kota Pekalongan, Harris Riadi, mengatakan motif Parang Barong
diciptakan oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma. "Saya tidak berani
berkomentar terlalu jauh tentang motif tersebut. Yang patut berkomentar
itu Gubernur DIY, Sultan Hamengku Buwono X," kata pebatik yang tahun ini
meraih penghargaan World Craft Council (WCC) Award of Excellence for Handycrafts.
Selain Parang Barong, Harris mengatakan, Borobudur juga termasuk
sebagai motif batik tertua di Indonesia. "Duta Besar Rusia, Michail
Galuzin, terkagum-kagum dengan motif Borobudur yang saya bawakan dalam
pertemuan beberapa waktu lalu," ujar pemilik showroom Green Batik itu. (batik Cirebon)
0 comments:
Posting Komentar