Batik Cirebon
- Sukses menjadi juragan arang tempurung kepala tak lantas membuat
Lusia Efriani Kiroyan tinggi hati. Wanita yang dijuluki 'Cinderella from
Indonesia' justru menjadi sahabat buat kaum marjinal.
Lulusan
International Visitor Leadership Program (IVLP), California, AS dikenal
memiliki jiwa sosial tinggi. Itu menurun dari sang ibunda. "Ini turun
temurun dari nenek dan mamaku. Masa kecilku di Surabaya terbiasa dengan
kegiatan sosial," ujar Lusi saat berbincangan dengan Dream.co.id di sela
memberikan pembinaan kepada tahanan wanita di Rutan Pondok Bambu,
Jakarta Timur.
Ia
masih ingat betul ketika sang bunda gemar membantu gelandangan di
jalan, untuk dibawa ke rumahnya yang sempit. Gelandangan itu dimandikan,
kemudian diberi makan, hingga beberapa hari lamanya.
Batik Cirebon - Lusia
mengaku sempat memprotes. Namun setelah diberikan pengertian oleh
ibunya, dia mulai memahami jika itu bentuk kepedulian kepada sesama.
Kenangan
itulah yang membuat Lusi mendedikasikan hidupnya untuk kegiatan sosial.
Lusi memiliki rumah belajar yang diberi nama Cinderella from Indonesia
Center di kawasan Duta Mas, Batam Centre.
Nama
rumah singgah itu diambilnya dari judul buku yang ia tulis sepulang
belajar dari Amerika Serikat. Rumah belajar ini sasarannya melatih dan
menumbuhkan kewirausahaan sejak dini untuk anak-anak panti asuhan, para
single parent yang tidak mampu, anak jalanan dan para penyandang cacat
tubuh.
Awalnya
Lusia mengkhususnya untuk single parent, namun kini ia merangkul hampir
semua golongan. "Tujuannya, biar ibu-ibunya saja yang bekerja. Anaknya
jangan sampai turun ke jalan mencari makan," kata wanita yang terlibat
di World Muslimah Award 2014 sebagai sponsor boneka versi hijab.
Ibu-ibu
itu diberi pelatihan seperti membuat roti, cupcake, cokelat batik, es,
dan boneka. Sementara, anak jalanannya diberi pelatihan seperti bahasa
Inggris dan sebagainya.
Selain sibuk di lembaganya tersebut, Lusia juga memberdayakan para narapidana wanita di tiga rumah tahanan Batam dan Jakarta.
Batik
Cirebon - Awalnya, Lusia suka menjenguk narapidana perempuan di Lapas
dan Rutan Batam sambil memotivasi mereka, sejak 2012. Lama-lama, Lusi
ingin mengajak mereka berbuat agar mandiri. Maka, dia mengajak para napi
itu membuat baju batik untuk boneka ala barbie (Batik Girl).
Lusia
turun sendiri mengajari para napi membuat bonela batik girl.
Dream.co.id berkesempatan melihat Lusi menghabiskan waktunya bersama
narapidana di Rumah Tahanan Pondok Bambu, Jakarta, Rabu 4 Desember 2014.
Batik
Cirebon - Mengenakan atasan putih polos serta celana bahan bewarna
abu-abu, Lusia menemui sekitar 40 narapidana wanita yang sudah sibuk di
ruangan khusus untuk mengerjakan batik girl.
"Ada
sekitar 40 di program batik girl ini, targetnya selama tiga bulan
mereka menghasilkan sekitar 300 boneka barbie yang menggunakan baju
batik dan tak lupa membawa angklung," kata Lusi yang menjadi mualaf pada
2003 silam.
Keramahan
wanita ini disambut baik para narapidana yang serius dengan jahitan
mereka, Lusi juga tak sungkan menjadi tempat curhat mereka.
Batik
Cirebon - Bermodalkan kain perca, jarum jahit, benang dan lem perekat,
para narapidana begitu piawai mengubah barbie menjadi cantik dengan
busana batik hasil kreasinya. "Saya merekrut pelatih untuk melatih para
napi selama 3 hari sebelum membuat baju boneka," imbuhnya.
Lusi
mengatakan setiap baju satu boneka yang dibuat narapidana akan dihargai
sekitar Rp 10.000. Untuk bonekanya sendiri, Lusi masih mengimpor dari
China.
Kemudian
dipakaikan baju batik, dikemas dan dijual dengan merek "Batik Girl"
seharga Rp 100 ribu di Indonesia, serta Rp 150 ribu di Malaysia dan
Singapura.
Bisnis
ini dimulai sekitar 2013. Berawal saat Lusi mendapatkan dana hibah US$
19.483 dari Kementerian Luar Negeri AS atas proposalnya memproduksi
boneka seperti Barbie, namun berbaju batik untuk memberdayakan napi
perempuan. ( batik Cirebon )
0 comments:
Posting Komentar