Minggu, 30 November 2014

Batik Cirebon - Batik Complongan Indramayu rambah pasar Singapura

Batik Cirebon - Batik tulis Complongan khas Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, mulai rambah pasar Singapura setelah tembus ekspor Amerika dan Eropa.
Batik tulis Complongan merupakan kreasi pantura dengan ciri khas warna natural dan bolongan lubang jarum yang cukup unik sehingga diminati pasar lokal dan ekspor, permintaan terus meningkat dibandingkan batik lainnya.
Parjianto salah seorang perajin batik Paoman Kabupaten Indramayu, kepada wartawan di Indramayu, Senin, mengatakan, kini perajin batik yang memproduksi batik Complongan mulai lirik pasar Singapura, setelah mereka memasarkan produksinya ke Amerika dan Eropa.
Batik Cirebon - Dikatakannya, batik Complongan berarti teknik melubangi kain batik dengan deretan jarum, keunikan batik tersebut menjadi daya tarik pasar Eropa dan Asia begitu juga untuk konsumen lokal cukup menggairahkan.
Teknik batik Complongan terus dilestarikan para perajin di Kabupaten Indramayu, kata dia, meski pengerjaan batik tradisional membutuhkan kesabaran dan keterampilan ditambah desain harus mengikuti pasar dengan mempertahankan ciri khas pantura yakni garis-garis pantai yang dicampurkan warna natural.
Sementara itu Castinah perajin batik lain mengaku, batik Complongan kian diminati pasar baik untuk memenuhi kebutuhan lokal juga pesanan ekspor seperti Amerika, Eropa kini perajin lirik Singapura, karena cukup potensial dan menjanjikan.
Dikatakannya, Complongan dalam bahasa Indramayu yaitu melubangi dengan jarum, sehingga kain batik yang sudah bermotif dilubangi, hal itu menjadi daya tarik konsumen terhadap batik tradisional khas Pantura Indramayu.
Pesanan batik Complongan terus berdatangan, kata dia, untuk Bandung, Jakarta rutin setiap bulan dikirim, kini perajin berharap ekspor bisa menjadi lahan penjualan mereka, sehingga kerajinan batik tetap lestari dan menjadi salah satu ekonomi kreatif di Pantura Indramayu selain olahan ikan laut. ( batik Cirebon )

Sabtu, 29 November 2014

Batik Cirebon - Perajin Batik Borobudur Pertahankan Harga Lama

Batik Cirebon - Kalangan perajin batik sekitar Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, masih mempertahankan harga lama untuk produk mereka meskipun terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi.
“Bahan baku untuk produksi mereka masih menggunakan stok lama sehingga umumnya masih memasang harga lama untuk produk batik khas kawasan Candi Borobudur,” kata Sekretaris Peguyuban Batik Kawasan Candi Borobudur “Mandala” Kabupaten Magelang Adi Winarto seperti dikutip Antara, Jumat (28/11/2014).
Ia menyebutkan harga produk batik tulis dengan warna alam hingga saat ini berkisar Rp150.000, kain batik ukuran dua meter Rp200.000-Rp500.000, baju Rp150.000-Rp250.000, dan syal Rp50.000-Rp150.000.
Batik Cirebon - Produksi para perajin batik setempat yang tergabung dalam peguyuban itu, katanya, hingga saat ini dipasarkan, antara lain melalui pameran di berbagai kota, seperti Jakarta dan Bandung.
Selain itu, katanya, dipasok ke sejumlah galeri dan hotel di sekitar Candi Borobudur yang juga warisan peradaban dunia, dibangun sekitar abad ke-8 masa Dinasti Syailendra itu.
“Selain itu, juga dibeli para wisatawan baik nusantara maupun mancanegara yang melakukan kunjungan wisata pedesaan di sekitar Candi Borobudur,” kata Adi yang juga pegawai di Taman Wisata Candi Borobudur itu.
Ia mengatakan bahan baku pembuatan batik telah mengalami kenaikan, bahkan seperti harga pewarna tertentu yang mengandung kimia naik lebih dari 10 persen.
Harga bakan baku lainnya, seperti kain santung dan katun, serta malam juga mengalami kenaikan.
Ia memperkirakan para perajin batik kawasan Candi Borobudur memulai pembelian bahan baku untuk kelanjutan produksi mereka pada Januari 2015.
“Stok yang ada sekarang masih cukup hingga produksi Desember nanti, mulai Januari diperkirakan melakukan kulakan bahan lagi yang tentunya dengan harga baru pascakenaikan harga BBM,” katanya.
Ia memperkirakan perajin juga akan melakukan penyesuaian harga produknya mulai Januari 2015. ( batik Cirebon )
 

Jumat, 28 November 2014

Batik Cirebon - Menilik Pewarnaan Batik Berbasis Alam

Batik Cirebon - Kekayaan dan keindahan kain di Indonesia sudah tidak diragukan lagi. Dari Sabang sampai Merauke, memiliki ciri khas tersendiri. Mulai dari batik, tenun, hingga songket.
Ketika benang dipintal dan berubah menjadi selembar kain, salah satu tahap yang mempercantik kain tersebut adalah pewarnaan. Pada umumnya, yang digunakan sebagai pewarna tekstil adalah bahan kimia, atau sintetis. Namun, dedaunan dan akar-akaran bisa menjadi alternatif yang lebih baik. Seperti yang dilakukan oleh Florentini, atau yang akrab di sapa Ibu Flo dengan nama Flo Natural Dyes.
Didorong keinginan untuk terus melestarikan budaya warisan nenek moyang, juga sebagai ungkapan bentuk kepeduliannya pada kelestarian lingkungan, Flo pun tergerak untuk membuat kain batik dengan menggunakan pewarna alami.
"Waktu itu lagi booming back to nature, akhirnya kita ada khusus mewarnai di bale batik. Kita buat dan produksi. Kita bawa ke pameran ternyata animo pelanggan tinggi dan kita jadi pede," kata Flo saat ditemui VIVAlife, di pameran Crafina di JCC, Jakarta Selatan.
Batik Cirebon - Flo menambahkan bahwa alasan menggunakan pewarna alam, karena untuk mengurangi limbah yang dihasilkan oleh pewarna sintetis. Bila tidak pandai mengelolanya, bisa mencemari lingkungan dan para pekerja terkena imbasnya.
Warna-warna alam yang biasa dipakai oleh batik yang diproduksi di Yogyakarta ini diantaranya biru, hijau, kuning, cokelat, abu-abu hingga krem. Warna-warna itu dihasilkan dari beragam tanaman.
"Semua tanaman sebenarnya bisa. Tetapi, kadar warna yang keluar tiap daun, atau kayu itu berbeda-beda. Biasanya, kita pakai daun mangga, atau daun jati," jelasnya.
Untuk warna biru, jelas Flo, dikeluarkan dari tanaman tom atau indigo, hijau dengan daun mangga, abu-abu dari daun rambutan dan kuning memakai kayu nangka.
Batik Cirebon - Proses pengeluaran warnanya dilakukan dengan cara direbus. Flo menjelaskan bahwa biasanya dari 10 kilogram daun, yang bisa dilakukan pewarnaan hanya satu kilogram. Setelah itu, kain dicelup selama 8-16 kali. Untuk warna biru, prosesnya sedikit berbeda karena dilakukan dengan cara fermentasi.
Setelah dicelup, proses berikutnya adalah dijemur. Proses ini biasanya dilakukan saat musim kemarau.
"Kalau pas musim hujan, jadi masalah kan, satu kali celup aja kan nggak cukup. Kalau yang ada malamnya ini, nggak mungkin panas-panas, jadi bisa leleh. Kalau yang polos masih bisa," kata Flo.
Ia pun menambahkan, warna yang dihasilkan dari matahari langsung dan hanya diangin-anginkan akan berbeda. ( batik Cirebon )

Kamis, 27 November 2014

Batik Cirebon - Nuansa Baju Batik Warnai Pelantikan Pejabat Negara

Batik Cirebon - Hari ini, Kamis (27/11/2014), Presiden Indonesia ke-7, Jokowi, melantik 3 pejabat negara. Franky Sibarani sebagai Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) yang menggantikan Mahendra Siregar. Tak hanya Franky Sibarani, Nusron Wahid dilantik menjadi Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) dan Prof Sofyan Effendi dilantik menjadi ketua Komite Aparat Sipil Negara (ASN).
Batik Cirebon - Terpantau dari siaran langsung yang disiarkan oleh salah satu televisi swasta Indonesia, Presiden Jokowi dan para hadirin yang datang mengenakan baju batik.
Tampak terlihat Presiden Jokowi dan para calon pejabat yang akan dilantik mengenakan batik dengan nuansa warna cokelat. Sepertinya, hanya warna batik saja yang diseragamkan, sedangkan motif batik yang dikenakan tidak perlu sama.
Franky Sibarani terpantau mengenakan kemeja batik dengan motif batik kawung, sedangkan Nusron Wahid mengenakan kemeja batik dengan gambar seperti naga atau ular. Tak hanya itu, Prof Sofyan Effendi tampak mengenakan kemeja batik dengan motif khas Jawa. ( batik Cirebon )

Rabu, 26 November 2014

Batik Cirebon - Museum Batik, Dokumentasi Kekayaan dan Ragam Kain Nusantara

Batik Cirebon

Batik Cirebon - Kain pada dasarnya berfungsi sebagai pelindung tubuh dari cuaca. Selain memenuhi fungsi dasar tersebut, kain juga merupakan sarana identitas dan lambang status sosial-budaya. Hal ini akan tampak nyata tercermin pada kain tradisional dari banyak suku yang ada di Nusantara.
Hampir semua daerah di negeri ini memiliki jenis kain tradisionalnya sendiri yang khas dan bernilai tinggi. Kekayaan produk budaya semacam ini sudah semestinya menjadi kebanggaan yang terus dijaga kelestariannya. Akan tetapi, arus modernitas dan gaya hidup yang serba instan membuat masyarakat lebih memilih produk yang sifatnya praktis.
Sementara, pembuatan kain tradisional kurang dapat memenuhi kriteria tersebut. Kain tradisional biasanya melewati proses yang panjang dan butuh ketelitian serta ketekunan pembuatnya, misalnya kain tenun atau batik. Jika tidak terus dilestarikan, keberadaan atau ketersediaan kain tradisional dapat terancam dan menjadi sejarah yang hanya dapat diingat pernah ada.
Batik Cirebon - Adalah Museum Tekstil yang pendiriannya didasari kesadaran bahwa tekstil modern telah banyak menggeser tekstil tradisional Nusantara. Didirikan pada 1975, Museum Tekstil hadir sebagai wadah untuk mendokumentasikan kekayaan dan ragam kain tradisional Nusantara. Adapun penggagas museum ini adalah Kelompok Pecinta Kain Tradisional Indonesia (Wastraprema), Ir. Safioen, selaku Dirjen Tekstil Departemen Perindustrian kala itu.
Museum ini adalah satu-satunya Museum Tekstil di Jakarta dan pertama di Indonesia. Letaknya berada tak jauh dari Pasar Tanah Abang, tepatnya di Jalan Aipda K.S Tubun No. 2-4, Jakarta Pusat. Museum ini adalah rumah bagi sekira 1914 buah kain tradisional koleksi museum.
Awalnya, koleksi Museum Tekstil didapat lewat sumbangan dari Wastraprema dan menghimpun sekira 500 koleksi. Penambahan koleksi hingga kini melalui pembelian oleh Dinas Museum dan Sejarah/Dinas Museum dan Pemugaran/Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, serta sumbangan dari masyarakat baik individu maupun kelompok.
Koleksi museum terdiri dari benda-benda yang ada hubungannya dengan dunia pertekstilan Nusantara dari akhir abad ke-18 sampai masa kini. Koleksi benda museum dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu koleksi kain tenun, batik, koleksi kontemporer, koleksi campuran, peralatan pembuatan batik/tenun dan lainnya. Dari koleksi tersebut dapat dilihat dan dipelajari perkembangan motif-motif kain tradisional Nusantara dari masa kemasa.
Di museum ini, Anda juga dapat mengenal peralatan batik dan tenun dari berbagai daerah. Selain menyimpan koleksi tradisional, Museum Tekstil juga menampilkan koleksi tekstil modern karya perancang busana terkemuka saat ini sebagai upaya untuk terus mendukung dan mengembangkan pertekstilan Indonesia.( batik cirebon )

Selasa, 25 November 2014

Batik Cirebon - Seniman Donna Backues Lestarikan Batik Indonesia di Amerika

Batik Cirebon

Batik Cirebon - Pernah tinggal di Indonesia selama 18 tahun telah membuat Donna Backues, seniman asal Amerika Serikat, cinta terhadap Indonesia. Ikatan yang kuat dengan Indonesia terus terjalin setelah perempuan kelahiran 1962 ini kembali ke Amerika dan menetap di daerah selatan kota Philadelphia yang terletak di negara bagian Pennsylvania.
“Pada tahun 1989 saya ikut suami pindah ke Bandung, Indonesia, karena suami saya ada kesempatan belajar Bahasa Indonesia,” kenang Donna kepada repoter VOA, Ronan Zakaria, baru-baru ini.
Sambil mengurus anak pertamanya yang pada waktu itu masih berusia dua bulan, alumni S2 dari Pennsylvania Academy of the Fine Arts di Phiadelphia dengan latar belakang di bidang desain grafis ini mendapat kesempatan untuk belajar membatik di sebuah pabrik batik kecil di Bandung. Ilmu membatik tersebut terus digelutinya hingga sekarang.
“Usaha kecil itu punya Pak Hasannudin yang kalau tidak salah juga kerja sebagai dosen seni rupa di ITB pada waktu itu. Beliau orang Pekalongan. Saya minta les dari Pak Hasannudin. Walaupun dia setuju, dia memang sibuk sekali dan sebetulnya nggak bisa mengajar saya. Tapi dia bilang kalau mau ikut, pekerja-pekerja di sana bisa mengajar saya,” papar perempuan yang saat ini menekuni profesi di bidang seni lukis, ilustrasi, desain dan kerap kali mengajarkan seni rupa.
Dua kali seminggu Donna mendatangi pabrik tersebut untuk mempelajari seni batik tulis dan batik cap selama lebih dari dua tahun. “Itu juga membuat saya bisa belajar Bahasa Indonesia, karena waktu itu saya tidak bisa sama sekali,” ujar perempuan yang masih fasih berbahasa Indonesia ini sambil tertawa.
Setelah delapan tahun tinggal di Bandung, Donna dan keluarganya memutuskan untuk pindah ke Tasikmalaya dan tinggal di dekat Dadaha selama sepuluh tahun.
“Di Indonesia saya senang karena ada slow paced of life. Lebih santai. Banyak waktu untuk ngobrol sama tetangga-tetangga,” canda Donna.
Di Tasikmalaya ia ikut membantu suaminya mendirikan dan mengurus sebuah yayasan bernama Yayasan Sumbangsih Nuansa Indonesia yang bergerak di bidang kesehatan primer, pertanian, produksi impor dan ekspor kerajinan tangan, pendidikan, perkreditan, dan kesenian.
“Saya suka mengajar seni rupa dan ada unit kerajinan tangan. Jadi saya bisa mendesain produk-produk seperti scarf. Saya tidak membatik scarf-nya, tapi saya membuat desain aja dan itu dibatik oleh orang Tasik sebetulnya,” ujar perempuan yang suka memasak soto ayam dan rendang ini.
Pada tahun 2007 Donna memutuskan untuk kembali ke Amerika, karena kedua anaknya sudah mulai besar. Walaupun menurut Donna anak-anaknya lebih senang tinggal di Indonesia.
“Ada satu anak yang diadopsi dari Jakarta,” kata perempuan yang hobi melukis dan membaca ini. “Kebetulan dia lebih seperti orang Amerika, karena dia masih kecil waktu datang ke Amerika. Tapi masih ingat Indonesia, karena dia umur 8 tahun. Tapi bahasanya mungkin dia mengerti banyak tapi kurang bisa Bahasa (Indonesia), nggak seperti kakaknya,” lanjutnya.
Sekembalinya ke Amerika, Donna sebenarnya tidak tertarik untuk membatik, karena ia tidak memiliki ruangan yang luas di rumahnya. “Saya baru mulai membuat batik di Amerika waktu ada guru seni rupa di SMA Katolik di Philadelphia yang minta saya mengajar muridnya dengan memakai proses tersebut,” ujarnya.
Ia kemudian mengikuti American Batik Design Competition 2013 yang diadakan oleh kedutaan besar republik Indonesia di Washington, D.C. pada tahun 2013. Hadiahnya adalah tur batik bersama dua pemenang lainnya ke Pekalongan. Sejak itu Donna sering diminta untuk mengajar membatik dan kerap kali mengadakan pameran batik dan lokakarya membatik. Elemen-elemen Indonesia ia tampilkan dalam karya-karyanya.
“Misalnya, semacam pemandangan Indonesia muncul, seperti gunung berapi atau pohon kelapa, yang saya pakai sebagai motif. Boleh lihat sendiri di website saya,  www.donnabackues.com,” ujarnya.
Karya-karya batik Donna banyak mendapat pujian dari masyarakat lokal AS. Namun, sebagian besar dari mereka tidak tahu apa itu batik.
“Sebagian besar dari orang Amerika tidak pernah melihat batik dengan prosesnya berasal dari Indonesia.  Kalau istilah batik itu saya pakai pun, biasanya mereka menanggapi saya dengan bertanya, apa itu batik?” kata Donna.
Batik Cirebon - Prestasi Donna dalam menghasilkan karya seni membuahkan hadiah Art and Change Grant sebesar 30 juta rupiah dari yayasan Leeway Foundation di Philadelphia. Dari ratusan orang yang mendaftar, ia menjadi salah satu dari 30 pemenang yang berhasil terpilih untuk mendapatkan dana tersebut.
“Setiap tahun sebuah LSM yang bernama Leeway Foundation menyelenggarakan semacam pendaftaran atau ‘Call for Women Artists,’ agar boleh dipungut ide-ide wanita dalam menggunakan kesenian sebagai katalis perubahan sosial yang efektif demi kepentingan masyarakat,” jelasnya.
Rencananya dana tersebut akan digunakan untuk membuka kelas membatik yang ditujukan untuk masyarakat Indonesia di Amerika.
“Kalau ada yang orang Amerika satu-dua mau ikut boleh. Tapi ini yang penting orang Indonesia. Karena saya dapat sebuah art and change Grant dari Leeway Foundation untuk mengadakan sebuah proyek khusus untuk social change. Perubahan positif dari masyarakat jadi saya ingin mengadakan kursus batik untuk anak besar, dewasa orang Indonesia yang tinggal di South Philadelphia,” kata Donna. “Tujuannya untuk melestarikan tradisi kebudayaan Jawa. Supaya anak Indonesia bisa belajar tradisi mereka. Karena di Indonesia sekarang, mungkin batiknya mulai lebih terkenal lagi di antara anak-anak, tapi di Amerika anak-anak tidak ada kesempatan untuk belajar,” lanjutnya.
Sebagai pengajar membatik di Amerika, peralatan membatik yang dimiliki Donna cukup lengkap. Semua bahan yang ia perlukan dapat ditemukan di internet.
“Saya sudah punya 4 skillet listrik dan kawat-kawat listrik, juga beberapa canting dan peralatan-peralatan lain guna mempersiapkan warna. Kalau ada sekolah atau organisasi lain yang mau mengadakan workshop, mereka harus siap dengan budget bahan-bahan, seperti kain, bahan warna, malam, zat-zat warna, dan mungkin tambahan canting secukupnya,” paparnya.
Tinggal di Amerika membuat Donna rindu akan Indonesia. Walaupun di Philadelphia ia bisa menemukan banyak makanan khas Indonesia, ada satu makanan favorit yang sangat ia rindukan. “Nasi tutug oncom. Raos pisan!” ujarnya menutup wawancara.(batik Cirebon)

Minggu, 23 November 2014

Batik Cirebon - LKB Raih Rekor MURI Batik Betawi Terbanyak di Monas

Batik Cirebon - Kibar budaya untuk Negeri Cinte Betawi ke-3 berlangsung meriah. Sebanyak 20.000 warga Jakarta tumpah ruah di silang monas meramaikan acara yang digelar Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), Minggu (23/11).
Kegiatan yang dikemas dalam bentuk parade, pagelaran, bazar produk budaya dan jalan sehat itu dibuka oleh deputi bidang pariwisata dan kebudayaan DKI Jakarta Sylviana Murni yang didampingi oleh ketua badan pendiri LKB, ketua dewan kurator LKB, ketua DPD RI, para pejabat dilingkungan Pemrov DKI Jakarta serta para sponsor pendukung.
"Pemprov DKI memberikan Apresiasi setinggi-tingginya kepada LKB yang selalu memiliki inovasi untuk melibatkan masyarakat dalam pelestarian budaya Betawi melalui kibar budaya untuk Negeri Cinte Betawi ke-3 hari ini," tegas Sylviana.
Batik Cirebon - Ketua Umum LKB, Tatang Hidayat mengatakan bahwa kegiatan kegiatan tahunan ini merupakan kontribusi LKB kepada pemerintah  dalam  mengimplementasi konstitusi UU No 29 tahun 2007.
 "Oleh karenanya diharapkan pemerintah dapat memperbanyak program pembinaan serta memberikan dukungan operasional kepada sanggar sanggar seni tradisional betawi. Kepada badan legislatif juga diharapkan agar segera menerbitkan perda pelestarian budaya betawi agar menjadi payung kebijakan bagi pemda DKI Jakarta kedepannya," ujarnya.
Semetara itu, kegiatan ini juga memperoleh rekor MURI atas penggunaan motif batik betawi terbanyak. Acara ditutup dengan pembagian doorprize kepada peserta jalan sehat dengan hadiah utama sebuah mobil keluarga. ( batik Cirebon )

Sabtu, 22 November 2014

Batik Cirebon - Terksan Megah dan Kolosal, Pamerkan Kostum Batik Sepanjang 300 Meter

Batik Cirebon - Banyuwangi Festival

Batik Cirebon - Megah dan kolosal menjadi padan kata yang pas untuk menggambarkan acara Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2014 yang digelar di Taman Blambangan, Sabtu (22/11/2014).
Tari Gandrung dan Tari Seblang yang diikuti ratusan penari sebelum parade busana yang menjadi puncak acara BEC 2014.
Karnaval ini dibuka oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya, dihadiri Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, serta Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert O Blake, melibatkan 800 orang lebih.
Penari yang menarikan Tari Seblang dan Tari Gandrung membawakan secara kolosal ditengah panggung besar berukuran 32 x 16 meter.
Sedangkan untuk peserta karnaval dikuti 120-an orang yang berdandan dengan kostum megah dan unik namun mengedepankan unsur etnik, yakni Seblang.
Batik Cirebon - Peserta karnaval berjalan sejauh 7 Km melewati jalur protokol Banyuwangi dan finish di depan Kantor Pemkab Banyuwangi. Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas mengatakan, karnaval semacam BEC terus bermunculan di banyak kota.
Meski demikian, ada unsur pembeda yang membuat BEC menjadi karnaval yang pantas dibanggakan, yakni mengangkat unsur lokal untuk diperkenalkan ke dunia global.
"Sejak awal BEC pada Tahun 2011, kami setia mengusung tema lokal, itulah yang membedakan karnaval ini dengan karnaval di tempat lain. Kami membawa budaya lokal untuk disajikan ke dunia global," kata Anas.
Tahun 2011, BEC mengangkat tema lokal, Damarwulan. Kemudian pada edisi berikutnya mengangkat tema Barong dan berlanjut pada tema Kebo-keboan.
Pada BEC edisi ke empat, Pemkab Banyuwangi mengusung tema The Mistic Dance of Seblang, dengan tiga sub tema Tari Seblang, yakni, Seblang Olehsari, Seblang Bakungan dan Porobungkil.
Tari Seblang merupakan sebuah tarian ritual paling tua di Banyuwangi yang berkembang di Desa Olehsari dan Bakungan di Kecamatan Glagah.
Tari ini dimaksudkan sebagai usaha memperoleh ketenteraman, keselamatan dan kesuburan tanah agar hasil panen melimpah.
Batik Cirebon - Seblang sendiri berasal dari kata sebele ilang atau kesialan menghilang. Dan dalam gelaran BEC 2014, Tari Seblang diterjemahkan dalam bentuk desain fesyen yang unik oleh para desainer muda Banyuwangi.
"Semuanya dikerjakan anak muda Banyuwangi tanpa supervisi dari konsultan desain mana pun. Mulai dari penyusunan tema sampai proses eksekusi, semuanya oleh anak-anak muda Banyuwangi," imbuh Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, Yanuar Bramuda.
Pada gelaran BEC 2014, diawali dengan prosesi terjadinya Seblang yang dimainkan oleh 45 penari profesional dari Sanggar Sayu Sarinah, Olehsari. Usai prosesi Seblang disambung penampilan 48 penari Seblang Cilik.
Batik Cirebon - Sebelum defile para peserta The Mystic Dance of Seblang tampil, ditampilkan seorang Ratu Seblang “The Queen of Seblang” yang diperankan seorang model cantik dengan desain kostum by Irma Lumiga.
Irma Lumiga, desainer asal Banyuwangi yang kini berkibar di Pulau Dewata mendandani Ratu Seblang dengan menarik dan eksotik. Bajunya menggunakan bahan kain Batik khas Banyuwangi yang panjang gaunnya mencapai 300 meter.
Begitu panjangnya kostum The Queen of Seblang dibutuhkan 150 penari Gandrung untuk memegangi gaunnya. Usai penampilan Ratu Seblang, penoton yang berjumlah puluhan ribu disuguhi devile BEC 2014 yang dibagi dalam tiga tema, yakni Seblang Olehsari, Seblang Bakungan, dan Porobungkil.
Perhelatan The Mystic Dance of Seblang juga menampilkan 16 The Best BEC The Legend of Kebo-keboan atau BEC edisi 2013.
Di akhir gelaran ditutup dengan penampilan Barong Cilik dan penampilan Jebeng Thulik 2014 sambil mengusung poster bertuliskan See You Next BEC 2015 dengan Tema Kemanten Using. ( batik Cirebon )

Jumat, 21 November 2014

Batik Cirebon - 'Sekarjagad' Ingin Yogya Punya Laboratorium Batik

Batik Cirebon -Batik Yogyakarta yang di Pamerkan
Batik Cirebon - Ketua I Paguyuban Pecinta Batik Indonesia (PPBI) 'Sekarjagad', GBPH Prabukusumo berharap setiap kota dan kabupaten di DIY memiliki laboratorium batik yang dikelola secara profesional.
Harapan tersebut disampaikan GBPH Prabukusuma sebelum Diskusi Batik Cirebon, 'Pengaruh Hubungan Kekerabatan Kasultanan Mataram dengan Kasultanan Cirebon dalam Mewariskan Tradisi Batik' oleh tokoh batik Cirebon, H Komarudin Kudiya SIP MDs, di Aula Heritage Bank Indonesia lantai 1 Yogyakarta. Acara diselenggarakan PPBI 'Sekarjagad' dan dirangkai pameran serta bazaar Batik Cirebon, 21-23 November, pukul 09.00-16.00.
"Keberadaan laboratorium batik mampu meningkatkan kemampuan siswa, atau masyarakat luas untuk gemar membatik. Ini juga bisa membuka minat wisatawan, dengan 2-3 jam bisa membuat batik sendiri. Minimal syal atau saputangan. Hingga nanti, batik bisa dinikmati seluruh penjuru dan pelosok daerah," ujarnya.
Batik Cirebon - Laboratorium Batik, lanjutnya, merupakan komitmen semua pihak untuk mendorong agar batik betul-betul bisa jadi pakaian resmi tiap orang. Agar masyarakat bisa memahami bahwa lebih bergengsi jika menggunakan batik, bukan tekstil motif batik. Itu berkaitan dengan kearifan lokal dan kenyamanan dalam berbusana. Harus ditunjukkan bahwa batik itu luar biasa dan merupakan kebanggaan.
Komarudin mengungkapkan, hubungan kekerabatan antara Kasultanan Cirebon dengan Kasultanan Mataram berdampak pada perkembangan batik-batik yang mewarnai Cirebon, dan sebaliknya. Adanya ikatan pernikahan antara dua kesultanan tersebut tidak menutup kemungkinan mengakibatkan adanya pertukaran teknik produksi, ragam hias ataupun tenaga ahli dalam bidang perbatikan. ( batik Cirebon )

Batik Cirebon - Batik Hadipurwo Terus Dikibarkan

Batik Cirebon

Batik Cirebon - Upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purworejo untuk membangkitkan kembali kejayaan batik rakyat, terus digerakkan. Bahkan batik yang kini dijuluki sebagai batik Hadipurwo itu terus dikibarkan dengan menggelar berbagai promosi.
Promosi untuk mengenalkan batik Purworejo ini diantaranya dengan menggelar pameran. Termasuk yang dilakukan dalam pameran sehari di kompleks pendapat rumah dinas bupati setempat, Rabu (19/11/2014).
“Promosi ini akan terus kita lakukan di berbagai event. Bahkan jika tidak ada kesempatan, kita membuat event sendiri,” kata panitia kegiatan Drs Bambang Sadya Raharjo.
Batik Cirebon - Pameran yang digelar ini, menyertakan sejumlah pengrajin batik, termasuk diantaranya yang sudah membentuk kelompok. “Sekarang sudah banyak kelompok yang menekuni kerajinan batik. Terutama kelompok wanita,” jelasnya.
Kerajinan membatik ini di Purworejo bangkit kembali setelah dilakukan berbagai pembinaan oleh Pemkab di berbagai kecamatan. Para pembatik ini tumbuh melalui berbagai kelompok dan menarik konsumen melalui berbagai lini. Termasuk untuk seragam PNS. ( batik cirebon )

Kamis, 20 November 2014

Batik Cirebon - Desain Batik Mahasiswa Solo Menang di Taiwan

Batik Cirebon
Desain Batik Mahasiswa Solo Menang di Taiwan
Batik Cirebon - Dua mahasiswa Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta berhasil menjuarai kompetisi desain batik bertajuk Taiwan Excellence Batik Competition di Taiwan. Juara pertama diraih Sugeng Wijayanto, 22 tahun, mahasiswa Jurusan Seni Rupa Murni angkatan 2010, sedangkan juara kedua diraih Utsman Aminuddin Sulaiman, 22 tahun, mahasiswa Jurusan Kriya Tekstil angkatan 2009. Kompetisi tersebut dilakukan dengan mengirimkan karya desain sejak 28 Agustus hingga 29 September 2014.
Sugeng mengatakan, desain batik yang dia buat menggabungkan motif dan ornamen batik dari berbagai daerah di Indonesia. Dia menilai, desain batik tersebut menggambarkan kekayaan budaya Indonesia. Berbagai kreativitas yang ada dijadikan satu hingga menjadi motif batik yang baru. "Saya gabung dan kreasikan motif batik kawung, ornamen Madura, ornamen Kalimantan, dan motif geometris," katanya di kampus UNS Surakarta, Senin, 17 November 2014. "Selain dicetak di kertas, saya juga mencetaknya di kain mori dengan teknik sablon,"ucapnya. Sebagai pemenang pertama, dirinya mendapat uang tunai Rp5 juta dan sebuah ponsel pintar. (Baca : Buku-buku Penguat Sejarah Batik)
Batik Cirebon -  Sedangkan Utsman mengusung batik motif naga dan kinnari, yaitu makhluk surgawi berwujud manusia setengah burung dalam mitologi Hindu dan Buddha. "Kedua makhluk tersebut saya padankan dengan motif batik mega mendung,"katanya. Motif mega mendung adalah hasil akulturasi antara budaya Cina, Islam, dan budaya asli Indonesia. Motif batik yang dia buat menceritakan hubungan antarbudaya yang saling berdampingan, saling menguatkan yang dilambangkan dengan naga, dan bernilai luhur seperti sosok kinnari.
Ustman mengaku, hanya butuh waktu satu hari satu malam untuk membuat desain batik Naga Kinnari. Desainnya dominan warna oranye, yang menunjukkan kesenangan, keberanian, antusiasme, dan rasa percaya. Kemudian dikombinasikan dengan warna merah yang berani dan warna biru yang melambangkan ketenangan. Menurutnya, desainnya cukup sulit diwujudkan untuk motif batik tulis karena kerumitannya. "Lebih cocok untuk batik cap dan printing," ujarnya.
Menyadari karyanya diminati, keduanya berencana mengembangkan desain batik untuk pasar Indonesia. "Saya ingin menjadi desainer motif batik," kata Utsman yang mendapat hadiah uang tunai Rp2 juta dan sebuah tablet.( batik cirebon )

Rabu, 19 November 2014

Batik Cirebon - Pisang Bangkaran Jadi Motif Batik Barito Utara

Batik Cirebon
Batik Cirebon - Pemerintah Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, menetapkan pohon pisang bangkaran sebagai motif batik khas setempat.
"Batik motif pisang bangkaran ini merupakan salah satu dari tiga motif yang ditetapkan sebagai pemenang desain batik khas Barito Utara," kata Kabid Perindustrian pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pengelolaan Pasar Barito Utara, Roosmadianor di Muara Teweh, Selasa.
Menurut Roomadianor, motif pisang bangkaran ini berhasil terpilih menjadi juara pertama dengan nomor urut peserta pendaftaran lima atas nama Kurniati Effendi.
Batik Cirebon - Juara dua berupa motif seluang murik dengan peserta nomor urut empat, dan motif pasak bumi dengan nomor urut peserta tiga juga juara ketiga yang desain Tekay Effendi.
Khusus untuk motif pisang bangkaran, motif pendukungnya adalah modifikasi tanduk beaw dan ulat keket. Sedangkan motif batik Seluang Murik dan motif batik pasak bumi ini untuk motif pendukungnya adalah modifikasi tanduk beaw.
"Desain batik ini nantinya akan diproduksi menjadi baju batik khas Barito Utara pada tahun 2015 nanti, untuk baju seragam batik di lingkungan SKPD serta guru dan pelajar sekolah-sekolah serta perhotelan di daerah ini," kata dia.
Roosmadianor menjelaskan, motif pisang bangkaran ini merupakan pisang hutan dengan bentuk tundun dan buahnya kecil-kecil berwarna hijau, serta rasanya agak pahit atau kelat dan digunakan sebagai sayur-sayuran.
Untuk motif seluang murik merupakan ikan kecil khas air tawar di Sungai Barito yang terjadi musiman dan ditangkap secara massal oleh masyarakat, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Barito.
Sedangkan motif pasak bumi juga merupakan tanaman hutan yang mempunyai akar panjang nyaris sama panjang dengan batang pohonnya serta memiliki rasa pahit, namun akarnya memiliki khasiat obat tradisional dari para leluhur dan terpelihara sampai sekarang oleh masyarakat Dayak.
"Kita harapkan melalui batik dengan motif khas daerah itu dapat menjadikan satu kebanggaan daerah menggunakan produk asli ciptaan putra daerah, tanpa mengesampingkan batik dari luar daerah," jelas dia.
Rencanannya batik khas Barito Utara ini yang bertemakan rintik Barito akan di produksi wilayah Kalimantan Timur, sebab daerah ini belum dapat memproduksi batik khas daerah sendiri. ( batik Cirebon )
"Batik ini nantinya akan menjadi kebanggaan daerah dan salah satu produk unggulan khas daerah Kabupaten Barito Utara," tuturnya.

Senin, 17 November 2014

Batik Cirebon - Lestarikan Batik dengan Jalan Kaki

Batik Cirebon - Upaya untuk memo-pulerkan kain batik terus dilakukan. Termasuk di Gunungkidul. Sabtu (15/11) Dinas pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Gunungkidul menggelar Festival Batik Carnival. Acara ini melibatkan siswa-siswa dari sejumlah sekolah.Menurut Kepala Disdikpora Gunung-kidul, Sudodo, konsep festival tahun ini berbeda. Panitia membebaskan peserta untuk berkreasi dengan kain batik. ”Ini bertujuan untuk menum-buhkan kreatifitas para pelajar dalam menggunakan kain batik,’’ kata Sudodo disela-sela karnaval.
Pelaksanaan festival ini melibatkan 15 sekolah. Ke depan, dinas akan men-jadikan acara ini sebagai agenda rutin dan melibatkan lebih banyak peserta. ”Harapan kami, ini menjadi ajang bagi generasi muda untuk mengembang-kan kreativitas,” terangnya.Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi mengapresiasi kegiatan mempoluperkan batik dengan cara jalan kaki. Dia berharap kegiatan ini menjadi ajang promosi dan pengenalan batik kepada masyarakat. ”Kalau di-gelar rutin akan lebih baik,” pintanya.
Batik Cirebon - Festival ini dilakukan dengan cara pawai keliling Kota Wonosari. Start dimulai dari Alun-Alun Wonosari, melintasi Jalan  Soegiyo Pranoto, Jalan Sumarwi, Jalan Ksatrian. Ratusan peserta memamerkan karya kreasi mereka dengan material batik.Masyarakat menyambut antusias pergelaran ini. Mereka menyemut di pinggir jalan dan tidak beranjak sampai acara usai.
”Tidak hanya sembarang batik, ada kreasinya. Apalagi melibatkan gene-rasi anak muda. Acung jempol buat panitia,” ucap Yanti Sugiastuti salah seorang penonton usai berpose dengan salah satu peserta karnaval. (batik Cirebon)

Sabtu, 15 November 2014

Batik Cirebon - Pecinta Batik yang Peduli Kaum Papa

Batik Cirebon - Sosok sederhana melekat pada diri Nelson Mandela. Meski tokoh anti-apartheid itu telah meninggal dunia, kesederhanaan dan kerendahan hatinya sebagai pemimpin tetap menjadi inspirasi.
"Bagi banyak orang, Nelson Mandela adalah ikon dan pejuang hak asasi manusia yang tersohor. Tapi, bagi mereka yang mengenal dekat beliau, Nelson Mandela adalah seorang teman yang rendah hati," kata George Bizos, pengagum berat Mandela yang akhirnya menjadi teman dekat sang tokoh. Itu disebabkan sifat rendah hati Mandela.
Bizos masih tercatat sebagai mahasiswa tingkat satu Fakultas Hukum Universitas Wits di Kota Johannesburg saat kali pertama bertemu Mandela. "Kami bertemu dalam kongres pemuda ANC pada 1948," kenangnya. Saat itu dia mengenal Mandela sebagai tokoh yang tampan dan berpakaian rapi. Selain gaya berbusana, dia mengenang Mandela sebagai politikus yang vokal.
"Dia pembicara yang andal. Dalam kongres tersebut, panitia tidak menyediakan pengeras suara. Tapi, dia bisa dengan mudah membuat pidatonya didengar seluruh peserta kongres," lanjut Bizos. Usai pertemuan pertama itu, dia mengaku ketagihan bisa terus bertemu Mandela. Mereka lantas berteman. Apalagi, setelah itu, mereka sama-sama gigih memperjuangkan anti-apartheid di Afrika.
Batik Cirebon - Persahabatan tersebut masih tetap terjalin sampai saat Mandela menjabat presiden. Dalam kenangan Bizos, Mandela bukan hanya presiden rendah hati yang anti-apartheid. Dia juga sosok pemimpin yang peduli masyarakat miskin. Dia tidak segan menyumbangkan harta kekayaannya untuk kepentingan kaum papa. Bahkan, dia juga mendirikan yayasan amal yang peduli pada masyarakat miskin.
Lahir dari keluarga sederhana di desa terpencil, Mandela paham benar bahwa kekayaan tidak untuk dipendam sendirian. Maka, dia menggunakan hartanya untuk kepentingan banyak orang. Terutama untuk mendanai kampanye HAM dan meningkatkan kelayakan hidup masyarakat miskin. Dia pun tetap menjaga kesederhanaannya dengan hidup bijaksana.
Batik Cirebon - Di mata Amina Frense, putri mantan narapidana di penjara Pulau Robben, Mandela adalah inspirasi. Meski punya banyak harta dan tenar, dia tidak pernah mempedulikannya. "Dia tidak pernah berpikir bahwa yang dia lakukan untuk kaum papa dan kulit hitam membawa dampak luar biasa bagi dunia," ucap perempuan asal Afrika Selatan (Afsel) yang berprofesi sebagai jurnalis itu.
Nama besar tidak pernah membuat Mandela keblinger. Meski namanya sering menghiasi media dalam dan luar negeri, tokoh berjuluk Madiba (bahasa Xhosa untuk kata bapak) tersebut tetap sederhana. Batik tetap menjadi salah satu busana favoritnya. Dia juga tidak pernah menutup diri kepada orang lain. Karena itulah, dia punya begitu banyak teman dari berbagai lapisan masyarakat. (batik Cirebon)

Jumat, 14 November 2014

Batik Cirebon - Memodernkan Batik dengan Teknik Sablon

Batik Cirebon - Pembuatan wastra batik bisa dilakukan dengan menggunakan cara modern yang tetap mempertahankan ciri khas tradisional, seperti dengan sablon. Hal tersebut bisa menjadi metode untuk mempertahankan batik sebagai warisan budaya Indonesia dan pada saat bersamaan menghemat waktu produksi.
Contohnya adalah Sugeng Wijayanto (22), mahasiswa Jurusan Seni Rupa Murni Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jawa Tengah, yang memenangi kompetisi merancang batik yang diadakan Taiwan Excellence. Ia menggunakan teknik sablon untuk membuat pola batik di atas kain.
”Bedanya, cat sablon saya ganti dengan malam cair. Jadi, tetap memenuhi persyaratan pembuatan batik,” kata Sugeng dalam acara pengumuman pemenang lomba di Jakarta, Kamis (13/11).
Batik Cirebon - Ia mengatakan, menggabungkan cara modern dan tradisional dalam membuat batik memberikan variasi baru yang menambah keunikan seni tersebut. Pada saat bersamaan, itu juga memberdayakan perajin batik.
Pertama-tama, pola dirancang dengan menggunakan komputer. Setelah itu, pola disablon ke kain sutra dan primis yang masing- masing berukuran 100 cm x 190 cm. Berikutnya, Sugeng dan seorang perajin batik yang dia pekerjakan, mewarnai kain-kain itu menggunakan alat bernama jegul. Alat ini berbentuk seperti pulpen logam yang bisa diisi oleh malam atau bahan pewarna. Keseluruhan proses pembuatan memakan waktu satu pekan.
Anggota dewan juri yang juga perancang busana batik Nonita Respati mengatakan, dalam membuat batik, pakem yang harus dipatuhi adalah menggunakan lilin malam sebagai perintang dan pewarna. Di samping itu, prosesnya juga harus menggunakan tangan. ”Kain yang dicetak dengan mesin bukanlah batik, tetapi tekstil bercorak batik,” kata Nonita.
Kompetisi merancang batik ini diadakan melalui Taiwan Excellence, sebuah program milik Taiwan External Trade Development Council (Taitra). Manajer Taitra Jakarta Wayne Lee mengungkapkan, Taiwan Excellence adalah pengakuan mutu bagus yang diberikan Pemerintah Taiwan. (batik Cirebon)

Kamis, 13 November 2014

Batik Cirebon - Mahasiswa UNS Juarai Kompetisi Batik Taiwan Excellence

Batik Cirebon

Batik Cirebon - Sugeng Wijayanto, mahasiswa tingkat akhir jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, berhasil menyabet juara 1 Kompetisi Batik Taiwan Excellence.
Desain batik buatannya yang memadukan motif batik kawung dari Jawa, dengan motif batik Madura dan sentuhan batik Kalimantan berhasil memikat para dewan juri ajang kompetisi yang digelar Taiwan External Trade Development Council (TAITRA) yang merupakan lembaga di bawah Biro Perdagangan Luar Negeri (BOFT) Kementerian Ekonomi (MOEA) Taiwan. Dalam kompetisi ini, peserta dituntut untuk mendesain motif batik dengan campuran nilai-nilai Taiwan tanpa meninggalkan identitas batik sebagai budaya asli Indonesia. Karya peserta juga harus original dan mengedepankan kreativitas.
Inovasi Sugeng itu berhasil mengalahkan sekitar 100 orang peserta kompetisi yang digelar pada 27 Agustus—29 September ini. “Saya terinspirasi dari batik kawung. Orang yang memakai motif ini bisa menjadi manusia yang andal dan bernilai. Dulu, motif ini dipakai di kerajaan dan merupakan cerminan pemimpin yang andal,” papar Sugeng, Kamis (13/11/2014).
Sebagai pemenang, Sugeng berhak mendapatkan uang tunai sebesar Rp5 juta dan gadget dari HTC.
Batik Cirebon - Batik menjadi tema pilihan kontes TAITRA tahun ini karena dianggap merupakan karya seni asli Indonesia. “Inilah kreativitas dan lihat apa yang kita dapatkan,” ujar Wayne Lee, manajer TAITRA di Jakarta.
Salah satu juri ajang tersebut, Nonita Respati, perancang busana dan pemilik Purana Batik, mengaku kaget dengan antusiasme peserta kompetisi ini. “Kami tidak menyangka pesertanya bisa banyak. Padahal, mereka harus menciptakan motif batik yang dikombinasikan dengan nilai-nilai TAITRA,” ujar dia.
Karya peserta harus original dan mengedepankan kreativitas. Nilai batik tidak boleh hilang meski harus dikombinasikan dengan nilai-nilai Taiwan.
Menurut Wayne, ajang kompetisi akan kembali digelar tahun depan, namun belum pasti apakah akan mengangkat batik lagi karena Indonesia kaya budaya dan seni yang harus dieksplorasi. Rencananya, batik karya Sugeng ini akan menjadi seragam pegawai TAITRA Jakarta.
Indonesia yang memang sebagai asal muasalnya batik sangat tinggi dalam hal kreatifitas batik. (batik Cirebon)

Batik Cirebon - Makna Baju Batik Parang Barong Jokowi di APEC


Batik Cirebon - Meski sekarang sudah diproduksi secara massal, batik motif Parang Barong tetap memiliki makna yang tinggi dan nilai yang besar dalam filosofinya. Kemeja batik ini sering dikenakan Presiden Joko Widodo, termasuk saat menghadiri acara Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di Beijing, Cina.
"Dulu, motif Parang Barong khusus untuk para raja dan kerabatnya di Kraton Solo dan Jogja," kata tokoh perajin batik di Kabupaten Pekalongan, Amat Failasuf, pada Selasa, 11 November 2014. Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Pekalongan itu mengatakan, sesuai pakemnya, motif Parang Barong bukan diperuntukkan bagi masyarakat luas.
Namun, seiring perkembangan zaman, telah terjadi dekonstruksi dalam memaknai batik motif Parang Barong. Kini, banyak warga mengenakan batik yang konon merupakan salah satu motif paling tua di Indonesia itu. "Tapi motif itu dimaknai sebagai doa atau harapan agar filosofi kebesarannya menular ke pemakainya," kata Failasuf.
Pemilik Showroom Batik Pesisir di Desa Kemplong, Kecamatan Wiradesa, itu berujar, Jokowi sudah sepantasnya mengenakan busana batik motif Parang Barong. Sebab, jabatan presiden adalah kedudukan tertinggi dalam negara, sejajar dengan raja. "Meski Pak Jokowi bukan keturunan bangsawan dan bertubuh kurus," ujarnya.
Batik Cirebon - Seperti motif batik Parang yang lain, Failasuf menambahkan, Parang Barong tersusun dari motif menyerupai huruf S dan sambung menyambung sebagai gambaran gelombang laut. Bedanya, ukuran motif Parang Barong lebih besar dibandingkan Parang Rusak, Parang Klitik, dan Parang Slobog.
Menurut Failasuf, makna motif Parang pada umumnya adalah semangat yang menggelora. Khusus untuk Parang Barong, semangat itu berkelindan dengan kebijaksanaan dan kehati-hatian dalam bertindak. "Persis dengan kepribadian Pak Jokowi," kata Failasuf.
Untuk membuat satu lembar batik tulis motif Parang Barong, Failasuf bisa menghabiskan waktu hingga tiga bulan. "Karena saya harus menjalani serangkaian proses ritual khusus dan sangat hati-hati. Tujuannya agar si pemakai batik itu benar-benar mendapat kebaikan sesuai dengan makna dan nilai yang terkandung dalam motifnya," ujar Failasuf.
Selama ini, pemesan batik motif Parang Barong dari Failasuf adalah kalangan bupati, wali kota, hingga sejumlah jenderal di Jakarta. Tapi Failasuf enggan membeberkan identitas para pelanggan batiknya maupun harga yang dibanderol untuk tiap satu lembarnya. "Yang pasti harganya jutaan rupiah karena itu bukan seperti batik pada umumnya," katanya.
Pebatik lain dari Kota Pekalongan, Harris Riadi, mengatakan motif Parang Barong diciptakan oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma. "Saya tidak berani berkomentar terlalu jauh tentang motif tersebut. Yang patut berkomentar itu Gubernur DIY, Sultan Hamengku Buwono X," kata pebatik yang tahun ini meraih penghargaan World Craft Council (WCC) Award of Excellence for Handycrafts. Selain Parang Barong, Harris mengatakan, Borobudur juga termasuk sebagai motif batik tertua di Indonesia. "Duta Besar Rusia, Michail Galuzin, terkagum-kagum dengan motif Borobudur yang saya bawakan dalam pertemuan beberapa waktu lalu," ujar pemilik showroom Green Batik itu. (batik Cirebon)

Rabu, 12 November 2014

Batik Cirebon - Pengusaha Solo: Batik Jokowi di APEC Gaya Yogya

batik cirebon

Batik Cirebon - Penampilan Presiden Joko Widodo yang menggunakan baju batik dalam lawatan perdananya ke luar negeri di forum APEC di Beijing Cina mendapat sambutan positif dari pengusaha batik di Solo. Para pengusaha berharap batik bisa semakin dikenal oleh masyarakat dunia.
Wakil Ketua Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan Solo, Gunawan Muhammad Nizar mengatakan bahwa batik yang dikenakan Jokowi dalam lawatan tersebut bercorak parang. "Dihiasi dengan ceplokan motif peksi (burung)," katanya, Selasa 11 November 2014.
Batik Cirebon - Menurutnya, batik yang digunakan oleh Jokowi tersebut merupakan batik gaya Yogya. "Terlihat jelas dari warnanya yang putih," katanya. Sedangkan batik gaya Solo biasanya didominasi soga atau warna gelap serta kuning gading.
Gunawan mengatakan bahwa batik motif parang memang banyak berkembang di Solo dan Yogya. "Perbedaan paling jelas memang di masalah warna," katanya. Selain itu, motif parang dalam batik Yogya memiliki ukuran lebih besar dibanding batik asal Solo.
Meski demikian, Gunawan mengatakan bahwa pengusaha batik di Solo tidak merasa kecewa meski Jokowi yang berasal dari Solo justru mengenakan batik Yogya. "Kami sudah cukup gembira karena presiden sudah ikut mempromosikan batik ke luar negeri," katanya.
Dia beralasan bahwa pada saat ini para perajin batik sudah tidak berpatokan pada kedaerahan. "Banyak perajin di Solo yang membuat batik gaya Yogya," katanya. Sebaliknya, para perajin di Yogya juga banyak yang memproduksi batik gaya Solo. "Tinggal mana yang sedang laku di pasaran," katanya. (batik Cirebon)

Minggu, 09 November 2014

Batik Cirebon - Batik Tradisional Paoman di Minati Amerika

Batik Cirebon - Batik tradisional khas daerah Pantura Paoman, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, semakin diminati pasar Amerika bahkan sudah menembus Italia dan Jerman.
"Batik tradisional dengan corak khas daerah Pantura Indramayu, Jawa Barat, semakin diminati pasar Amerika, setiap bulan kiriman terus berlanjut," kata Sudarto, salah seorang perajin batik Pooman di Indramayu, Minggu.
Dia mengatakan, batik tradisional dengan bahan pewarna natural dan kain sutra lembut diminati pasar Eropa, kini batik tersebut digemari warga Amerika, terutama motif pesisir khas Indramayu.
Batik Cirebon - Kini perajin bisa mengirim sekitar 500 lembar kain setiap bulannya, sebelumnya paling hanya 300 lembar kain.
Menurut dia, permintaan ekspor untuk kain batik tradisional khas Indramayu mulai terasa meningkat sekitar awal tahun 2009, kini pasar Eropa dan Amerika menjadi andalan bagi perajin di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Harapannya serapan pasar tetap tinggi sehingga gairah usaha tersebut bertahan.
Kerajinan batik lokal dengan pola pembuatan manual, kata dia, mampu serap tenaga kerja lokal sehingga mampu mendongkrak ekonomi Kabupaten Indramayu, kini sentra batik terus berkembang meski masih jauh ketinggalan olah Cirebon yang telah milik kampung batik.
Sejumlah perajin batik di daerah Pantura Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, mengaku pertahankan pewarna natural untuk memproduksi batik tradisional sehingga diminati pasar lokal dan ekspor.
Murdanto, perajin batik tulis Paoman Indramayu kepada wartawan di Indramayu, Sabtu, mengatakan, warna alam dipertahankan oleh perajin karena merupakan warisan nenek moyang mereka, selain itu diminati oleh konsumen lokal dan pasar ekspor.
Keunggulan pewarna baik natural, kata dia, mudah mendapatkan bahannya karena pesisir utara Indramayu melimpah berbagai jenis pohon yang dibutuhkan. Menurut Mur, butuh keterampilan juga ketekunan perajin sendiri untuk menggunakan pewarna alam tersebut.
Ia menambahkan, pewarna sintetis lebih mudah, mudah dan cepat karena tersedia ditoko penjual obat pewarna batik, namun pewarna alam harus kreatif perajinnya.
"Batik tulis berbahan nabati harganya cukup tinggi dibandingkan yang menggunakan pewarna sintetis, karena proses pembuatanya cukup rumit dan butuh waktu panjang,"katanya. (batik Cirebon)

Sabtu, 08 November 2014

Batik Cirebon - Mengenal Sosok Apni Amalia, Puteri Batik Dermayu 2014



Batik Cirebon - Apni Amalia baru saja dinobatkan sebagai Puteri Batik Dermayu 2014, bersama dengan Ayatullah Gumelar. Keduanya mengungguli finalis lainnya pada malam Grand Final Pemilihan Putera-Puteri Batik Dermayu 2014 yang diadakan di Gedung Panti Budaya Indramayu pada malam minggu tanggal 1 Nopember 2014 lalu. 

Apni Amalia, gadis manis yang masih duduk dibangku kelas XII SMA Negeri 1 Kandanghaur ini menyingkirkan finalis lain yang rata-rata adalah mahasiswa setelah melewati beberapa tahapan penilaian. Siswi SMA Negeri 1 Kandanghaur ini mampu menjawab pertanyaan juri dengan lugas pada sesi presentasi dan tanya jawab.

Batik Cirebon - Sistem penjurian Putera-Puteri Batik Dermayu dilakukan dengan terbuka dan transparan mulai dari etika, public speaking, pengetahuan tentang batik, penyampaian presentasi dan tes wawancara juga kepribadiannya pada saat mengikuti karantina. 

Kegiatan karantina sendiri diikuti sejak hari Rabu 29 Oktober 2014 sampai hari Sabtu sebelum pengumuman finalis. Setelah dirinya tahu di masuk finalis, maka dia langsung berlatih koreografi untuk acara malam Granf Final PPBD. 

Sehari-hari Apni sebagai pelajar SMA yang harus berangkat lebih awal ke sekolah karena takut terlambat datang ke sekolah. Apalagi lokasi rumahnya lumayan jauh dari tempat tinggalnya di Sukamelang Kecamatan Kroya, dengan menempuh perjalanan sekitar 20 - 25 menit menggunakan sepeda motor. 

Apni sendiri termasuk siswi yang supel senang bergaul dengan teman-temannya, enak diajak ngobrol, ceplas-ceplos seperti kebanyakan pelajar lainnya. Dia sudah dewasa dalam berpikir karena sudah lama ditinggal oleh Ayahnya. Kini Apni bisa membuktikan kepada dunia bahwa pelajar dari pelosok desa pun bisa bersaing dalam hal apa pun dan dengan siapapun, demikian ia tulis dalam status facebooknya. (batik Cirebon)